OKI, KITOUPDATE.COM – Kijang Merupakan sebutan populer bagi 7 Desa yang terdiri dari Desa Tanjung Alai, Batu Ampar Baru, Batu Ampar, Awal Terusan, Pematang Buluran, Rawang Besar dan Terusan Laut terletak di Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan (Sumsel), mempunyai adat istiadat yang cukup unik dalam acara pernikahan.
Kepatuhan terhadap adat, sampai sekarang masyarakat Kijang tetap menjaga tradisi warisan nenek moyang tersebut, terutama adat istiadat dalam pernikahan dan ini terus akan dipertahankan sehingga tidak tergerus oleh modernisasi zaman.
Seperti belum lama ini masyarakat Kijang menjalankan tradisi adat pernikahan yang dilakukan saat pernikahan pasangan Basirudin warga Desa Rawang Besar dengan Fitri Yanti seorang wanita asal Desa Batu Ampar, Kecamatan SP Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (10/11/2024)
Menurut Pemuka masyarakat setempat Abdul Hamid, menjaga tradisi pernikahan adalah suatu keharusan untuk tetap dijaga dan dijalankan masyarakat, karena ini merupakan tradisi dan kekayaan budaya.
“jika tidak kita laksanakan maka adat istiadat ini akan pudar dan hilang akibat pergeseran zaman karena adat istiadat suatu daerah adalah warisan leluhur nenek moyang kita serta sudah menjadi bagian kearifan lokal yang wajib dijaga sampai kapanpun sehingga anak cucu kita nanti masih bisa menikmati warisan budaya ini,” ungkap Hamid.
Berbagai rangkaian acara yang dilakukan dalam adat istiadat pernikahan warga Kijang tersebut diantaranya dimulai dengan acara Mabat Jalan, yaitu acara internal antara keluarga calon Mempelai laki-laki menemui calon mempelai keluarga perempuan untuk membahas berbagai kesepakatan salah satunya membahas masalah mahar pernikahan dan setelah kesepakatan tercapai dalam beberapa hari kemudian dilanjutkan dengan acara selanjutnya Mutus Rasan, yaitu sebuah tradisi Orang tua dan keluarga calon mempelai laki-laki yang didampingi oleh Lembaga Adat Desa dan Pemerintah Desa setempat untuk mendatangi kediaman orang tua dan keluarga Perempuan untuk membahas tentang kesepakatan pelaksanaan akad nikah dan resepsi pernikahan.
Uniknya pada rangkaian tradisi mutus rasan ini calon mempelai pria ditinggal dirumah dan pihak keluarga calon mempelai laki-laki membawa rombongan dengan membawa berbagai bingkisan tangan seperti miniatur rumah, miniatur pesawat terbang berupa layang-layang pesawat terbang, layang kodok, kue-kue, pakaian-pakaian calon mempelai perempuan dan tidak lupa membawa tanaman kelapa dan tepak.
Ketua Lembaga Adat Desa Batu Ampar Sahmin, S.Pd, menyampaikan bahwa setiap bingkisan tangan yang dibawa oleh calon mempelai pria adalah sebuah filosofi yang mengandung doa bagi kedua mempelai.
“Bingkisan tangan yang dibawa oleh keluarga calon mempelai Pria adalah sebuah harapan dan doa bagi kedua mempelai sebagai contoh Miniatur Rumah adalah simbol yang diharapkan dari pernikahan ini adalah kokohnya bangunan Rumah Tangga Kedua mempelai yang tidak tergerus oleh usia dan mampu bertahan dari segala ujian dan godaan dalam berumah tangga, Pesawat Terbang melambangkan Kedua pasangan ini akan melangkah jauh dalam berumah tangga dan berumur panjang dalam usia pernikahannya, Kodok itu melambangkan keuletan dan mampu menempatkan diri ketika berada di situasi dan kondisi apapun,” jelas Sahmin
Sahmin juga melanjutkan kepada media “Untuk bingkisan tangan yang berupa makanan dan pakaian adalah sebuah harapan pasangan yang baru menjalankan hidup berumah tangga ini diharapkan terpenuhi segala kebutuhan hidupnya mulai dari sandang, pangan dan papan. Untuk kelapa itu sendiri adalah sebuah harapan dan doa agar kedua calon mempelai ini ketika menjalankan hidup berumah tangga dapat bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan sekitar karena kita tahu bagian kelapa mana yang tidak bisa dimanfaatkan untuk diolah dan yang terakhir yaitu tepak yang berisikan berbagai isian seperti daun sirih, korek api, rokok dan semacamnya adalah simbol keberagaman kebudayaan lokal khususnya di wilayah kijang,” tutup Sahmin.
Selanjutnya setelah proses setelah acara mutusan berhasil dilaksanakan dilanjutkan dengan acara Ngocek Bawang dan Lekas. Ngocek Bawang adalah tradisi masak-masak yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dengan membawa berbagai bantuan seperti ayam, beras, gula, telur kelapa dan lainya sedangkan Lekas adalah sebuah acara pesta resepsi yang biasanya kedua mempelai diarak dengan lantunan sholawat ketika menuju panggung resepsi sebagai bentuk syukur kepada Allah karena telah berhasil menjalankan salah satu Sunnah Rasulullah yaitu pernikahan.
Menyikapi hal tersebut Camat SP Padang, Ardhi Tomiyansyah, S.IP, M.SI, melalui Kepala Desa Batu Ampar, M.Syukri mengatakan Mempertahankan adat istiadat peninggalan nenek moyang sudah sepatutnya dilestarikan, karena selain mengenang leluhur juga merupakan kekayaan budaya yang dimiliki daerah masing-masing.
“Ini semua bentuk keberagaman bagian kekayaan budaya masyarakat yang ada diwilayah kijang, yang melambangkan persatuan yang menjunjung tinggi warisan leluhur yang wajib dijaga dan dilestarikan Supaya tidak tergerus arus modernisasi dan ini juga bentuk kearifan lokal masyarakat setempat setiap acara pernikahan dengan harapan dan doa didalamnya agar kedua mempelai yang baru menjalankan hidup berumah tangga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah,” pungkas Syukri. (Hendri)