BANYUASIN, KITOUPDATE.COM – Di tengah kesibukan dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin daerah, ada satu hal yang tak berubah dari sosok Dr. H. Askolani Jasi, SH, MH—kesederhanaannya. Bupati Banyuasin ini tetap setia pada kebiasaannya berbuka dengan nasi bungkus berlauk telur dadar, dalam suasana yang tenang dan penuh makna.
“Bukan karena keterbatasan, tetapi karena prinsip,” ujar Askolani. Baginya, kesederhanaan bukan sekadar gaya hidup, melainkan cerminan jiwa seorang pemimpin yang tidak silau oleh jabatan. Selama dua periode kepemimpinannya, Askolani terus menunjukkan bahwa kemuliaan seorang pemimpin tidak terletak pada kemewahan, melainkan pada sikap rendah hati dan kedekatan dengan rakyat.
Di sebuah ruangan sederhana, tanpa protokoler berlebihan, ia menikmati hidangan berbuka dengan penuh rasa syukur. Sesekali, ia berbincang akrab dengan masyarakat dan para stafnya, berbagi cerita, serta menyelami kehidupan rakyatnya dengan ketulusan. Tak ada jarak, tak ada sekat. Askolani lebih memilih kebersamaan daripada eksklusivitas kekuasaan.
Dalam suasana Ramadan yang penuh berkah, sikap ini menjadi pesan kuat bagi kita semua. Bahwa kebahagiaan sejati bukanlah soal kelimpahan materi atau kemewahan hidangan, tetapi tentang ketulusan, kebersamaan, dan rasa syukur dalam setiap suapan. Askolani tidak hanya memimpin dengan kebijakan, tetapi juga dengan keteladanan. Ia menunjukkan bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang tetap membumi, tidak berubah oleh keadaan, dan selalu mengutamakan esensi di atas simbolisme.
Di tengah dunia yang semakin gemerlap, sosok seperti Askolani menjadi pengingat bahwa kesederhanaan bukan kelemahan, melainkan kekuatan. Dalam kehangatan sepiring nasi bungkus dan telur dadar, tersimpan pelajaran besar tentang ketulusan dan keikhlasan dalam menjalani hidup. (Sangkut)
