PALEMBANG, KITOUPDATE.COM – Provinsi Sumatera Selatan siap melambungkan potensi ekonomi dan konektivitasnya dengan proyek jalan tol terbaru yang mencengangkan, dengan total anggaran mencapai Rp323 triliun.
Proyek-proyek ini tidak hanya akan memperluas infrastruktur transportasi tetapi juga mengangkat kualitas hidup masyarakat Sumatera Selatan secara keseluruhan.
Proyek pembangunan jalan tol ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) Tol Trans Sumatera terus mengalami kemajuan di Provinsi Sumatera Selatan.
Menurut Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional BPJN Sumatera Selatan, Budiamin, terdapat 5 proyek jalan tol yang menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional Tol Trans Sumatera di provinsi Sumsel ini.
Berikut adalah detail proyek-proyek tersebut:
- Tol Betung Tempino Jambi
Proyek ini akan menghubungkan wilayah Jambi dengan Sumatera Selatan, membuka akses baru bagi perdagangan dan pariwisata.
Dengan total panjang mencapai 169,9 km, jalan tol ini dibangun secara bertahap dan dibagi menjadi empat seksi penting yang akan menghubungkan Provinsi Jambi dengan daerah sekitarnya.
Seksi pertama yang tengah dibangun adalah Seksi 3, Jalan Tol Bayung Lencir – Tempino, sepanjang 34 km, yang merupakan bagian dari upaya besar untuk menyambungkan Provinsi Jambi ke Palembang dan Lampung.
Saat ini, progres konstruksi telah mencapai 29,12% dan diperkirakan selesai pada tahun 2024 mendatang.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah memberikan dukungan penuh terhadap proyek ini, yang diharapkan dapat memangkas waktu perjalanan yang semula memakan waktu 4 hingga 5 jam menjadi hanya 1,5 jam saja.
Hal ini diharapkan dapat menghemat waktu perjalanan hingga 50%, membuka akses baru bagi perdagangan, pariwisata, serta meningkatkan mobilitas penduduk dan distribusi barang.
Jalan Tol Betung – Tempino – Jambi dibiayai melalui dua skema utama, yaitu Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) sepanjang 136,3 km, serta dukungan konstruksi langsung dari pemerintah sepanjang 34 km.
Proyek ini menjadi salah satu tonggak penting dalam upaya pemerintah untuk memperluas infrastruktur transportasi di Sumatera dan mendukung pertumbuhan ekonomi regional secara keseluruhan.
Dengan harapan penyelesaian sesuai target pada tahun depan, jalan tol ini tidak hanya mendapat sambutan baik dari masyarakat, tetapi juga dianggap sebagai langkah besar dalam merajut keterhubungan antar-wilayah di Pulau Sumatera.
- Tol Muara Enim Lahat Lubuk Linggau
Proyek pembangunan Jalan Tol Muara Enim – Simpang Indralaya – Lubuk Linggau di Sumatera Selatan terus menunjukkan kemajuan yang signifikan, dengan potensi untuk mengubah peta ekonomi dan pariwisata regional.
Dengan nilai investasi mencapai Rp47,89 Triliun, jalan tol ini diharapkan dapat meningkatkan konektivitas antar-wilayah serta mendukung pertumbuhan ekonomi dan industri di wilayah sekitarnya
Dalam laporan Kepala BPJT, Danang Parikesit, proyek jalan tol ini terbagi menjadi dua seksi utama:
Seksi Pertama: Muara Enim – Lubuk Linggau sepanjang 114,5 km, dilengkapi dengan tiga simpang susun strategis yaitu simpang susun (SS) Lahat/Merapi, SS Musi Rawas, dan SS Lubuk Linggau.
Seksi Kedua: Muara Enim – Simpang Indralaya sepanjang 119 km, yang dilengkapi dengan tiga simpang susun (SS) yaitu SS Simpang Indralaya, SS Prabumulih, dan SS Muara Enim.
Danang menyampaikan bahwa pembangunan jalan tol ini telah mencapai tahap akhir dan diperkirakan akan selesai pada bulan Desember 2022, dengan target operasional awal tahun 2023.
Jalan tol ini diharapkan dapat memangkas waktu tempuh dari Palembang ke Muara Enim dari semula 4 jam menjadi hanya 1,5-2 jam, membuka akses baru bagi perdagangan, pariwisata, dan pertumbuhan ekonomi lokal.
Pemerintah Kabupaten dan Kota di Sumatera Selatan telah menyiapkan rencana pengembangan ekonomi lokal di sekitar simpang susun jalan tol ini, yang akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Presiden Jokowi juga mengarahkan untuk memanfaatkan rest area di jalan tol ini sebagai tempat promosi dan penjualan produk lokal, seperti Lemang, Mie Celok, Tempuyak, dan Kopi Semendau, dengan target 70% produk lokal dan 30% produk asing.
Dengan dibangunnya infrastruktur jalan tol ini, diharapkan Sumatera Selatan akan mengalami lonjakan dalam sektor pariwisata, industri, dan pertanian, serta mempermudah distribusi barang dan jasa di wilayah tersebut.
Ini merupakan langkah strategis pemerintah dalam meningkatkan konektivitas dan mendukung pengembangan ekonomi daerah secara berkelanjutan.
- Tol Kayu Agung Palembang Betung
Dengan panjang total 112 km, jalan tol ini menjadi bagian integral dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang akan menghubungkan Provinsi Lampung hingga Aceh.
Saat ini, proyek ini terbagi menjadi beberapa ruas utama:
Ruas Kayuagung – Palembang/Kramasan sepanjang 42 km, telah beroperasi sejak April 2020, menghubungkan Palembang dengan Kayuagung dan Kramasan.
Ruas Palembang/Kramasan – Pangkalan Balai sepanjang 55 km, sedang dalam tahap konstruksi dengan progres mencapai 75%.
Sisanya dari Pangkalan Balai – Betung sepanjang 15 km, sedang dalam tahap pengadaan tanah.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki, menyatakan bahwa pemerintah bersama dengan kontraktor pelaksana dan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) telah menyepakati percepatan penyelesaian ruas Palembang – Betung.
“Alhamdulillah, kami bersama jajaran PT Hutama Karya, PT Waskita Karya, dan Gubernur Sumsel sudah mendapatkan solusi untuk percepatan penyelesaian Jembatan Musi serta ruas Pangkalan Balai – Betung. Hingga Betung, Insyaallah awal 2025 bisa tuntas,” jelas Menteri Basuki.
Menteri Basuki juga menegaskan bahwa proses pembebasan lahan untuk Jalan Tol Kapalbetung hampir selesai, dengan penambahan tim untuk mempercepat pembebasan lahan dari Pangkalan Balai ke Betung.
Jalan Tol Kapalbetung, dikelola oleh BUJT PT Waskita Sriwijaya Tol dengan biaya investasi mencapai Rp22,16 Triliun, diharapkan dapat memberikan dampak positif signifikan bagi konektivitas dan perekonomian di wilayah Sumatera Selatan.
Selanjutnya, setelah penyelesaian Jalan Tol Kapalbetung, pemerintah akan melanjutkan konstruksi Jalan Tol Betung – Tempino – Jambi dengan komposisi Seksi 1 Betung – Tungkal Jaya, Seksi 2 Tungkal Jaya – Bayung Lencir, Seksi 3 Bayung Lencir – Tempino, dan Seksi 4 Tempino – Jambi/Simpang Ness.
Seksi 3 antara Bayung Lencir hingga Tempino, sepanjang 33 km, sudah mencapai progres 77% dengan target penyelesaian pada Juli 2024.
Dengan demikian, pembangunan infrastruktur jalan tol ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan ekonomi, pariwisata, dan industri di Sumatera Selatan, serta mempermudah akses distribusi barang dan jasa di seluruh wilayah Pulau Sumatera.
- Tol Terbanggi Besar Pematang Panggang Kayu Agung
Jalan Tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang – Kayu Agung, yang membentang sepanjang 189 km, telah mencatat prestasi luar biasa sebagai jalan tol terpanjang dan tercepat dalam pembangunannya di Indonesia.
Dibangun dalam waktu kurang dari 2,5 tahun, proyek ini berhasil meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pembangunan tol terpanjang dalam sejarah bangsa ini.
Proyek jalan tol ini memiliki peran strategis dalam meningkatkan konektivitas antara Provinsi Lampung dan Provinsi Sumatera Selatan, serta menghubungkan berbagai kawasan produktif di Pulau Sumatera.
Diharapkan bahwa jalan tol ini akan memberikan dampak positif dalam mengurangi biaya logistik, mempercepat distribusi barang, serta menciptakan pusat-pusat ekonomi baru di wilayah-wilayah sekitarnya.
Menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pembangunan jalan tol ini memperlihatkan kolaborasi yang baik antara pemerintah, kontraktor, dan pihak terkait lainnya.
Keberhasilan proyek ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam mengembangkan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan rampungnya konstruksi Jalan Tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang – Kayu Agung, diharapkan akan membuka era baru bagi Sumatera Selatan dan sekitarnya dalam hal konektivitas dan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Ini juga menjadi tonggak penting dalam pencapaian infrastruktur transportasi yang modern dan efisien di Indonesia.
- Tol Simpang Indralaya Muara Enim
Melintasi 119 km, jalan tol ini akan mempercepat perjalanan antara Simpang Indralaya dan Muara Enim, membuka peluang investasi dan pengembangan di sepanjang jalurnya.
Dengan total panjang mencapai 64,5 km untuk Seksi 1 yang menghubungkan Simpang Indralaya dengan Prabumulih, jalan tol ini diharapkan dapat mempersingkat waktu tempuh dari Palembang ke Prabumulih menjadi hanya 1 jam saja.
Proyek Jalan Tol Simpang Indralaya – Muara Enim secara keseluruhan memiliki panjang total sekitar 119 km, terbagi menjadi dua seksi utama. Seksi 1, Indralaya – Prabumulih, sepanjang 64,5 km, dan Seksi 2, Prabumulih – Muara Enim, sepanjang 54,5 km.
Jalan tol ini melewati wilayah Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Muara Enim, dan Kota Prabumulih, dilengkapi dengan dua simpang susun, satu gerbang tol, dan dua Terminal Informasi Pelayanan (TIP) tipe A.
Salah satu inovasi yang menarik dalam pembangunan jalan tol ini adalah penggunaan teknologi Geofoam, yaitu lapisan busa atau material balok dengan beban ringan, untuk mengatasi lapisan tanah yang labil pada oprit jembatan.
Teknologi ini telah terbukti efektif dalam memperkuat struktur tanah di area konstruksi infrastruktur modern.
Dengan demikian, Jalan Tol Indralaya – Prabumulih diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi ekonomi regional, pariwisata, dan mobilitas penduduk di sekitarnya.
Budiamin menegaskan bahwa pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp323 triliun untuk memastikan proyek-proyek ini selesai tepat waktu dan sesuai dengan standar kualitas yang tinggi.
Dengan beroperasinya infrastruktur ini, diharapkan Sumatera Selatan akan mengalami lonjakan signifikan dalam sektor ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Proyek-proyek ini juga merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk meningkatkan konektivitas dan mendukung pengembangan regional, yang akan membuka pintu bagi investasi lebih lanjut dan pertumbuhan yang berkelanjutan di Pulau Sumatera.
Dengan demikian, Sumatera Selatan siap untuk memasuki era baru kemajuan infrastruktur yang akan membawa manfaat jangka panjang bagi semua pihak yang terlibat. (*)